ADSENSE Link Ads 200 x 90
ADSENSE 336 x 280
Bangsa
Indonesia Merebut Kemerdekaan dengan perjuangan dan pengorbanan harta dan jiwa
raga, namun semua pengorbanan itu tidak sia sia kini kita bisa hidup di negara
Indonesia yang merdeka dan nyaman.
Perjuangan
bangsa Indonesia dalam merebut kemerdekaan memiliki cerita yang sangat panjang
banyak cerita sejarah yang bisa kita ceritakan ke anak cucuk kita nati betapa
gigihnya para pahlawan dalam merebut kemerdekaan dari tangan penjajah.
Nah
menariknya dalam perjuangan merebut dan mempertahankan kemerdekaan ternyata ada
pasukan asing di luar Indonesia yang membantu bangsa kita dalam perang
kemerdekaan.
Seperti
dikutip dari situs suartkabar.id, Suatu hari di akhir-akhir tahun 1945, sebuah
iring-iringan konvoi pasukan Inggris dari British Indian Army (BIA)
dihadang sekelompok laskar republik di Bogor.
Para penghadang terdiri dari anak-anak muda bersenjatakan beberapa pucuk bedil usang dan parang. Namun dalam waktu cepat, para serdadu BIA yang jauh lebih berpengalaman itu justru malah balik bisa mengepung dan menjadikan anak-anak muda tersebut bertekuk lutut.
Usai
mengumpulkan para tawanan, salah seorang opsir mereka menyampaikan ceramah
pendek di hadapan anak-anak muda itu.
“Isinya
nasehat supaya anak-anak kita jangan melawan, karena katanya mereka bersimpati
terhadap perjuangan kita. Dianjurkan pula oleh opsir itu agar anak-anak
berlatih dahulu sebelum turun dalam suatu pertempuran sungguh-sungguh…” ungkap
Jenderal (Purn) A.H Nasution dalam Sekitar Perang Kemerdekaan Jilid 2.
Menurut
Nasution, adanya rasa simpati pasukan Inggris asal Asia Selatan (
India/Pakistan) terhadap perjuangan orang-orang Indonesia tentunya bukan tanpa
dasar.
Bukan
rahasia lagi jika sebagian besar bangsa India/ Pakistan saat itu menyimpan rasa
kurang suka terhadap Belanda, yang menjadi musuh orang-orang Indonesia. Hal itu
terkait dengan kejadian di Afrika Selatan, di mana perlakuan rasis keturunan
Belanda berlangsung secara kencang terhadap orang-orang keturunan India di
sana.
Namun
para peneliti sejarah BIA di Indonesia seperti Firdaus Sjam dan Zahir Khan
menyebut faktor agama-lah yang menjadi pemicu utama munculnya rasa simpati
tersebut.
“Faktor
ini yang melahirkan sikap mereka untuk bahu membahu dengan para pejuang
republik berperang melawan penjajah sebagai satu fisabilillah…” tulis mereka
dalam Peranan Pakistan di Masa Revolusi Kemerdekaan Indonesia.
Menurut
Firdaus Syam dan Zahir Khan, ada sekitar 600 prajurit Inggris asal
India/Pakistan yang membelot ke kubu kaum republik. Mereka tersebar bukan saja
di kota-kota besar pulau Jawa namun juga tersebar di wilayah-wilayah Sumatera.
”Sumatera
Utara khususnya Medan merupakan basis terbesar para pembelot tersebut bahkan
mereka sempat membuat suatu kesatuan khusus terdiri dari kalangan mereka guna
melawan militer Belanda disana,” tulis Firdaus Syam dan Zahir Khan.
Nama
kesatuan itu adalah Bataliyon Putra Asia (masuk dalam Resimen III Divisi X)
pimpinan Mayor Abdul Sattar, seorang bangsa India muslim yang sejak sebelum
terjadinya Perang Kemerdekaan, sudah lama tinggal di Medan.
Menurut
Muhammad TWH, selama Perang Kemerdekaan berlangsung, Bataliyon Putra Asia
banyak dilibatkan dalam berbagai operasi tempur di wilayah Medan dan
sekitarnya. Bahkan, sebagai tenaga bantuan latih sekaligus petempur, mereka
pernah mengirimkan 17 anggota ke palagan Aceh dengan diikuti oleh seorang
prajurit Inggris totok yang membelot bernama John Edward (setelah masuk Islam
lebih dikenal sebagai Abdullah Inggris).
Karena
kelihaiannya dalam beretorika dan berpidato, John bersama seorang pembelot BIA
bernama Chandra lantas didapuk menjadi penyiar Radio Perjuangan Rimba Raya
(memiliki kekuatan daya pancar hingga Australia dan India) masing-masing untuk
program bahasa Inggris dan bahasa Urdhu (India).
”Rimba
Raya hadir pada saat sebagian besar radio-radio kaum republik mati karena
dibungkam Belanda,” ujar Muhammad TWH.
Saat
Muhammad Hatta melakukan kunjungan ke Pematang Siantar pada awal 1948,
Bataliyon Putra Asia-lah yang mendapat tugas untuk mengawal Wakil Presiden
pertama RI itu. Beberapa saat usai Hatta meninggalkan kota tersebut, militer
Belanda kemudian datang menyerang.
Terjadilah
pertempuran hebat hingga para patriot dari selatan Asia itu kehabisan amunisi.
Kendati posisi mereka sudah terkepung, mereka tidak lantas menyerah, malah
justru mencabut bayonet dan memutuskan untuk berduel satu lawan satu melawan
prajurit-prajurit Belanda. Pertempuran jarak dekat itu mengakibatkan 15
prajurit Yon Putra Asia gugur.
“Jasad
mereka lantas dimakamkan di Pematang Siantar, namun sekitar tahun 1950-an
kerangka-kerangka mereka dipindahkan ke Taman Makam Pahlawan Medan dalam suatu
upacara militer,” kata pengelola Museum Pers Sumatera Utara itu.
Mayor Abdul Sattar sendiri berhasil lolos dari maut.
Lepas
Perang Kemerdekaan, ia keluar dari dinas militer dan sempat berkerja secara
serabutan sebelum akhirnya karena faktor kebutuhan ekonomi ia memutuskan
menjadi seorang petinju amatir.
Saat
menjadi petinju inilah, orang Medan lebih mengenalnya sebagai Young Sattar.
Di Jawa Barat, pada 30 Agustus 1947 sempat berdiri suatu kesatuan bernama International Volunteers Brigade (IVB).
Kesatuan
ini terdiri dari tentara republik yang berasal dari berbagai macam bangsa Asia
(Tiongkok, Filipina, Malaysia, India dan Pakistan). Namun anggota yang paling
banyak terdiri dari pasukan India dan Pakistan yang membelot dari
kesatuan-kesatuan militer Inggris.
Ini
adalah foto langka seorang prajurit IVB dari India tengah melakukan suatu
penghadangan terhadap konvoi militer Belanda di Jawa Barat. Mereka bahu membahu
bersama pasukan TNI mempertahankan nama Republik Indonesia
Sumber
: suratkabar.id
Silahkan
dishare
0 Response to "Mengharukan, Inilah Kisah Tentara Asing yang Membelot dan Membantu Indonesia di Perang Kemerdekaan!"
Posting Komentar