ADSENSE Link Ads 200 x 90
ADSENSE 336 x 280
Bek Timnas,
Abduh Lestaluhu melakukan aksi kontroversial dalam duel leg kedua final Piala
AFF 2016 kontra Thailand, Sabtu (17/12/2016) di Stadion Rajamangala, Bangkok.
Indonesia kalah 0-2 dan mengubur impian menjadi juara setelah pada leg pertama
menang 2-1.
Abduh
Lestaluhu menjadi perbincangan kalangan netizen Indonesia di media sosial
akibat aksinya pada injury time. Abduh emosi karena ofisial Thailand mencoba
mengulur waktu dengan menahan bola yang keluar lapangan, saat Indonesia akan
melakukan lemparan kedalam.
Abduh
sudah meminta bola kepada ofisial tersebut, tapi malah bola masih ditahan. Dia
pun tak sabar, saat bola diberikan, bola ditendang ke arah bench pemain Thailand.
Aksi
tersebut langsung direspons wasit Abdullah Hasan. Wasit lalu memberi kartu
merah. Usai pertandingan, Abduh mengakui kekesalannya.
"Saya
kesal karena Thailand sengaja mengulur-ulur waktu. Saya hanya minta bola, namun
mereka ofisial dan pemain mereka seperti menghalang-halangi. Tapi memang saya
akui salah, semestinya tidak bertindak emosional," kata Abduh.
Pelatih
Alfred Riedl juga memberinya pembelaan karena tidak sepantasnya ofisial tim
mencoba memengaruhi pertandingan di lapangan.
"Saya
memahami Abduh, karena salah satu ofisial pelatih Thailand tidak memberikan
bola, saat ia meminta bola saat kami sedang berusaha mengejar skor. Kartu merah
bisa dipahami karena tim Thailand yang memicu situasi ini," kata Alfred
Riedl.
Aksi tersebut
justru mendapat dukungan dari fans Timnas Indonesia di media sosial. Mereka
menganggap tendangan Abduh mewakili kekesalan suporter.
Sekilas Profil Abduh Lestaluhu
Sepak
bola adalah takdir Muhammad Abduh Lestaluhu. Ia lahir dari keluarga pesepak
bola dan tumbuh besar di kampung sepak bola Tulehu, Maluku.
Bahkan,
saat Abduh masih dalam gendongan Marwa Lestaluhu, ibunya, ia sudah diajari
mencintai sepak bola. Ibunya tak lain adalah kakak pertama dari bintang Persija
Jakarta, Ramdani Lestaluhu.
Dari
lingkungan Lestaluhu bersaudara, darah sepak bola mengalir kental di tubuh
Abduh kecil. Dukungan orang tua membuatnya menekuni sepak bola dengan sepenuh
hati.
“Mereka
berperan besar dalam kegiatan sepak bola saya. Ayah yang mengantar saya
berlatih di sekolah sepak bola (SSB). Kalau saya cedera, ibu yang merawat
sampai pulih,” tutur Abduh, yang sudah berlatih bola saat berusia sembilan
tahun.
Selain
kedua orang tua, sang kakek, Abdul Latif Lestaluhu, ikut berperan mengembangkan
talentanya. Pelatih SSB Tulehu Putra ini menyebut Abduh sebagai anak yang
selalu penasaran.
Hal
tersebut yang membuat perkembangan bakat Abduh melesat cepat. Dia tak pernah
berhenti bertanya pada ayahanda dari Ramdani ini setiap selesai latihan atau
pertandingan.
“Abduh sosok yang mau belajar dari
kekurangannya. Usai latihan atau bertanding, dia pasti bertanya apa yang harus
ditingkatkan. Setelah diberi masukan, di lain waktu dia pasti berlatih keras
untuk mengatasi kekurangannya,” ujar Abdul Latif saat dikunjungi BOLA di
Tulehu.
“Perkembangannya
pesat. Mengawali karier di klub Divisi Utama, dia tak butuh waktu lama bermain
di klub-klub besar Liga Super Indonesia dan kemudian masuk tim nasional,”
katanya menambahkan.
Bek
tim nasional senior, Abdul Rachman, punya penilaian yang tak jauh berbeda.
Meski sama-sama bermain sebagai bek kiri, Abdul tak merasa tersaingi juniornya
ini.
“Di
timnas tidak ada hal seperti itu. Apalagi, sikap dia memang baik. Dia juga selalu
berlatih keras dan disiplin. Di luar lapangan juga kami sering pergi bersama
dan berdiskusi,” ujar Abdul, yang bermain untuk Persiba Balikpapan ini.
Timnas
U-16
Karier
Abduh di level junior mulai mencuat saat dia memperkuat Maluku Utara (Malut)
U-15 di Piala Medco U-15 pada 2007 silam. Meski hanya bisa membawa tim Malut ke
8 besar, talentanya terpantau pelatih timnas U-16 saat itu, Subangkit.
Timnas
U-16 menjadi titik awal melejitnya karier Abduh. Terutama setelah Subangkit
memindahkan posisinya dari gelandang bertahan ke bek kiri.
“Pelatih
melihat kaki kiri saya lebih hidup karena saya memang kidal. Saya lalu
diposisikan sebagai bek kiri. Akhirnya malah keterusan," ucap Abduh.
"Kadang
dimainkan sebagai sayap kiri. Apalagi, saya memang kerap overlap untuk membantu
serangan,” ujarnya.
Usai
membela Indonesia untuk Piala Asia U-16 2008 di Uzbekistan, Abduh masuk Diklat
Ragunan. Pada 2011, dia kembali meninggalkan Tanah Air untuk bergabung dengan
tim SAD (Sociedad Anonima Deportivo) yang berlatih di Uruguay.
“Saya
hanya bertahan satu tahun. Saya jenuh karena di sana hanya berlatih. Lalu,
kapan saya mencari uang? Padahal, saya ingin membantu orang tua," katanya.
Di
mata anak-anak Tulehu, sepak bola memang menjadi salah satu cara ampuh dalam
mencari nafkah untuk orang tua. "Apalagi, waktu itu usia saya sudah 19
tahun,” katanya.
Di
Divisi Utama, ia memulai kariernya dengan memperkuat Persis Solo. Di sana,
Abduh membuat terkesan pelatih Persija, Iwan Setiawan.
Iwan
pun tak ambil pusing untuk segera menawarkan kontrak kerja tiga tahun pada
2013. Namun, perkembangan karier Abduh dan pesepak bola lainnya hancur di awal
2015 akibat kisruh antara pemerintah dan PSSI.
Kompetisi
pun terhenti dan membuatnya berpikir untuk mencari jalan keluar lewat berkarier
menjadi anggota TNI. Abduh diterima menjadi anggota TNI dengan pangkat sersan
dua (serda) pada 2015.
“Selain
sepak bola, saya bercita-cita ingin menjadi tentara. Saat ada penerimaan
anggota TNI, saya pun mendaftar," kata Abduh.
"Yang
lebih membahagiakan ternyata TNI punya tim sepak bola. Saya memperkuat PS
TNI di turnamen Piala Jenderal Sudirman dan Torabika Soccer Championship (TSC),”
tutur dia.
Menjadi
anggota TNI berarti Abduh harus menjaga kedaulatan NKRI. Pun, sebagai
anggota keluarga besar Lestaluhu, ia ditakdirkan untuk menjaga tradisi sepak
bola.
“Kami
adalah keluarga besar sepak bola. Tradisi bermain sepak bola akan terus
diturunkan ke generasi berikutnya,” kata dia.
Sumber
referensi : bola.com dan juara.net
0 Response to "Mengenal Abduh Lestaluhu, Sersan TNI dari Keluarga Darah Biru Sepakbola"
Posting Komentar